Dua kali dalam tahun yang sama Rasulullah saw. memperoleh hantaman
dukacita yang amat besar. Mula-mula Abi Thalib, yaitu pamanya yang
melindunginya dari kebengisan kaum Quraisy, meninggal dunia dalam
keadaan masih musyrik. Lalu Siti Khadijah, yaitu istrinya yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil yang amat besar. Tidaklah
terperikan rasa dukacita
yang menusuk kalbunya! Dalam keadaan demikian itu, perlakuan kaum Quraisy terhadapnya semakin menggila. Pernah suatu waktu mereka menyiramkan tanah keatas kepala Rasulullah saw., namun Rasulullah tetap tabah. Akhirnya karena perlakuan kaum Quraisy semakin brutal, Muhammad saw. pergi ke Ta’if dengan harapan semoga masyarakat disana mau mendukungnya. Namun ternyata orang-orang di Ta’if memperlakukannya seperti kepada bukan manusia saja layaknya. Ia di caci maki, di ludahi, serta dilempari batu dan besi sehingga beberapa bagian tubuhnya tidak hanya menjadi memar, tetapi terluka dan mencucurkan darah.
Secepatnya Nabi pergi dari sana, berlindung di sebuah kebun anggur kepunyaan anak-anak Rabia, yaitu Utba dan Syaiba. Disana Beliau berdo’a dengan khusuk :
Allahumma Ya Allah.
Kepada Engkau juga aku mengadukan kelemahanku,
kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di depan manusia.
Oh, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Engkaulah yang melindungi si lemah dan
Engkaulah pelindungku.
Kepada siapa hendak Kau serahkan diriku?
Kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku?
Ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidaklah perduli
Sebab sungguh luas kenikmatan yang Kau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung kepada Nur wajah Engkau yang menyinari kegelapan
(dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat)
dari kemurkaan Engkau yang akan Kau tumpahkan kepadaku.
Engkaulah yang berhak menegur dengan berkenan kepada Engkau.
Dan tiada kuasa serta kekuatan selain dengan Engkau juga.
(Meskipun dalam kondisi yang amat nelangsa, Baginda Nabi Muhammad saw. dalam do’anya tidak mendendam kepad orang-orang yang menyakitinya!)
yang menusuk kalbunya! Dalam keadaan demikian itu, perlakuan kaum Quraisy terhadapnya semakin menggila. Pernah suatu waktu mereka menyiramkan tanah keatas kepala Rasulullah saw., namun Rasulullah tetap tabah. Akhirnya karena perlakuan kaum Quraisy semakin brutal, Muhammad saw. pergi ke Ta’if dengan harapan semoga masyarakat disana mau mendukungnya. Namun ternyata orang-orang di Ta’if memperlakukannya seperti kepada bukan manusia saja layaknya. Ia di caci maki, di ludahi, serta dilempari batu dan besi sehingga beberapa bagian tubuhnya tidak hanya menjadi memar, tetapi terluka dan mencucurkan darah.
Secepatnya Nabi pergi dari sana, berlindung di sebuah kebun anggur kepunyaan anak-anak Rabia, yaitu Utba dan Syaiba. Disana Beliau berdo’a dengan khusuk :
Allahumma Ya Allah.
Kepada Engkau juga aku mengadukan kelemahanku,
kurangnya kemampuanku serta kehinaan diriku di depan manusia.
Oh, Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Engkaulah yang melindungi si lemah dan
Engkaulah pelindungku.
Kepada siapa hendak Kau serahkan diriku?
Kepada orang yang jauhkah yang berwajah muram kepadaku?
Ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?
Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidaklah perduli
Sebab sungguh luas kenikmatan yang Kau limpahkan kepadaku.
Aku berlindung kepada Nur wajah Engkau yang menyinari kegelapan
(dan karenanya membawakan kebaikan bagi dunia dan akhirat)
dari kemurkaan Engkau yang akan Kau tumpahkan kepadaku.
Engkaulah yang berhak menegur dengan berkenan kepada Engkau.
Dan tiada kuasa serta kekuatan selain dengan Engkau juga.
(Meskipun dalam kondisi yang amat nelangsa, Baginda Nabi Muhammad saw. dalam do’anya tidak mendendam kepad orang-orang yang menyakitinya!)
0 komentar:
Posting Komentar
Matur Nuwun alias Terima Kasih anda mau ngasih Komentar...
Silahkan Tulis Komentar ... Bebas tapi yang sopan ya... Monggo...... monggo........
KAMI AKAN MENGHAPUS KOMENTAR - KOMENTAR YANG TIDAK PANTAS.......!!!!!