BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keluarga
merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan
yang primer dan fundamental. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakan
lingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga memiliki peranan di dalam
pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Di dalam keluarga seringkali
terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar mapun dari dalam keluarga itu
sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga adalah anak. Banyak faktor
yang menyebabkan seorang anak menjadi masalah di dalam sebuah keluarga.
Kesalahan pendidikan dari orang tua meupun faktor lingkungan anak yang kurang
kondusif dapat mengakibatkan permasalahan di dalam keluarga. Sebuah keluarga
yang memiliki anak berkebutuhan khususpun seringkali menjadi sebuah masalah
dalam keluarga.
Framo, 1976,
dalam Kendall, 1982:517 menyatakan Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap
kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan
menerima kehidupan itu melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang
di masa depan memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar
terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga
Layanan
bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam keluarga.
B. Rumusan
Masalah
1. Konsep dasar mengenai bimbingan dan
konseling
2. Konsep dasar mengenai perkembangan
keluarga
3. Konsep dasa dan pendekatan mengenai
konseling keluarga
C. Tujuan
Pembuatan Makalah
1. Mengetahui konsep dasar bimbingan dan
konseling
2. Mengetahui konsep dasar tentang konseling
keluarga, tujuan serta prinsip konselingkeluarga.
3. Mengetahui konsep dasar tentang
perkembangan keluarga
4. Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Konseling Anak Berkebutuhan Khusus
BAB II PERMASALAHAN
Pada
dasarnya, bimbingan merupakan pembimbing untuk membantu mengoptimalkan
individu. Bimbingan merupakan suatu alat untuk mendewasakan anak. Konseling
adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu
membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya
sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Bimbingan
dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang dan atau
sekelompok orang yang bertujuan agar masing-masing individu mampu mengembangkan
dirinya secara optimal, sehingga dapat mandiri dan atau mengambil keputusan
secara bertanggungjawab.
Jadi,
mengapa dalam dalam dunia anak ataupun dunia pendidikan diperlukan adanya
bimbingan dan konseling? Apakah bimbingan dan konseling itu dibutuhkan oleh
setiap anak didik aataupun anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan? Dan apakah setiap anak
membutuhkan bimbingan dan konseling yang sama, faktor apa yang mempengaruhinya?
Khusunya
pada anak yang membutuhkan bimbingan atau kebutuhan khusus sejauh mana sudah
ada perkembangannya. Bagaimana pendekatan dan konsep yang mantap dan konsekuen
yang harus digunakan untuk hal demikian. Sebagai mana kita ketahui mengatasi
hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerjanya adalah bukan
suatu hal yang sangat mudah untuk dimajemukkan.
Maka dalam
makalah ini penulis akan mencoba memaparakan beberapa konsep yang mendasari
terhadap bagaimana sesungguhnya cara yang dapat ditempuh dalam meberlakukan
anak yang berkebutuhan khusus, di sini penulis akan menggunakan segenap
pendekatan-pendekatan yang pernah diutarakan oleh para ahli dalam mennyajikan
sutu hidangan khusus bagi anak yang berkebutuhan khusus.
BAB III PEMBAHASAN
A. Fungsi
dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan
bimbingan yang dilakukan setiap pihak yang mempunyai kewajiban mempunyai
beberpa tujuan di antaranya adalah sebagi berikut :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karier, serta kehidupan pada masa yang akan datang.
2.
Mengembangkan seluruh potensi dan
kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan serta kesulitan yang
dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,
ataupun lingkungan kerjanya.
Sementara
fungsi bimbingan dari apa yang telah digariskan dalam tujuan yaitu sebagai
berikut :
1. Fungsi pengembangan, merupakan fungsi
bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki
individu.
2. Fungsi penyaluran, merupakan fungsi
bimbingan dalam membantu individu memilih dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
3. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu
para pelaksana pendidikan khususnya guru atau dosen, wydiaiswara, dan wali
kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
4. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi
bimbingan dalam membantu individu menemukan penyesuaian diri dari
perkembangannya secara optimal.
Sedikit
berbeda dengan apa tujuan dan fungsi di tasa, tujuan konseling pada umumnya dan
disekolah khususnya adalah mengadakan perubahan perilaku pada diri individu
sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.lain dari pada itu
juga memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif. Dan hal yang tidak
pernah terpinggirkan dalam tujuan bimbingan di sekolah adalah bagaimana caranya
membantu siswa penyelesaian masalah dan juga mencapai keefektifan pribadi serta
mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
B.
Jenis-Jenis Bimbingan
Jenis
bimbingan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang
diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah-masalah akademik.
2. Bimbingan sosial pribadi, merupakan
bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah
sosial pribadi.
3. Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk
membantu individu dalam perencanaan, mengembangkan, dan menyelesaikan
masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap tugas-tugas kerja.
4. Bimbingan keluarga, merupakan upaya
pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga
agar mereka mapu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdaya diri
secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma
keluarga, serta berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan
keluarga yang bahagia.
C.
Perspektif Perkembangan Keluarga
Keluarga
merupakan satuan terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Secara lebih luas (Sayekti Puja Suwarno 1994 : 2) bahwa keluarga merupakan
suatu ikatan dasar atas dasar perkawinan antara dua orang dewasa yang berlainan
jenis yang hidup bersama antara seorang laki-laki dengan perempuan yang sudah
mempunyai anak atau tanpa anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal
dalam sebuah rumah tangga. Disamping itu Emil Salim 1983 menyatakan bahwa
keluarga merupakan bagian terkecil dari susunan masyarakat yang akan menjadi
dasar dalam mewujudkan suatu negara.
Menurut
pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama
dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan
saling menyerahkan diri (Soelaeman 1994 : 5-10).
Sedangkan
dalam pengertian Pedadogis keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang
dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang kukuhkan
dengan pernikahan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri itu
terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua (Soelaeman 1994 :
12).
D. Konseling
keluarga (Family Counseling)
a.
Pengertian Konseling Keluarga
Family
Counseling (konseling keluarga) didefinisikan sebagai suatu proses interaktif
yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga
setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).
b.
Prinsip-prinsip konseling keluarga
1. Bukan metode baru untuk mengatasi human
problem.
2. Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada
satu yang lebih penting dari yang lain.
3.
Situasi saat ini merupakan
penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah yang harus diubah.
4. Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari
permasalahan keluarga, karena hal ini hanya membuang waktu saja untuk
ditelusuri.
5. Selama intervensi berlangsung,
konselor/terapist merupakan bagian penting dalam dinamika keluarga, jadi
melibatkan dirinya sendiri.
6. Konselor/terapist memberanikan anggota
keluarga untuk mengutarakan dan berinteraksi dengan setiap anggota keluarga dan
menjadi “intra family involved”.
7. Relasi antara konselor/terapist merupakan
hal yang sementara. Relasi yang permanen merupakan penyelesaian yang buruk.
8. Supervisi dilakukan secara riil/nyata
(conselor/therapist center) (Perez,1979).
c. Tujuan
Konseling Keluarga
1. Membantu anggota keluarga untuk belajar
dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di
antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar akan
kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan
dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota
keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam
konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang
akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap
dampak relasi parental terhadap anggota keluarga (Perez, 1979).
E.
Pendekatan dalam Konseling keluarga
a.
Pendekatan Psikodinamik
Sebagian
besar, pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan
perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga
sebanyak pada unit keluarga itu sendiri. Para konselor psikodinamik menaruh
perhatian yang tinggi terhadap masa lalu yang melekat pada individu-individu,
dalam model psikodinamik, pasangan suami istri yang menderita dikaitkan dengan
introjeksi pathogenic setiap pasangan yang membawanya pada hubungan.
Nathan
Acherman, pelopor konselor keluarga berupaya mengintegrasikan teori
psikoanalitik yang berorientasi pada intrapsikis dengan teori sistem dengan
menekankan hubungan antarpribai. Dia memandang ketidakberfungsian keluarga
akibat hilangnya peran yang saling melengkapi diantara para anggota, akibat
konflik yang tetap tidak terselesaikan, dan akibat korban yang merugikan.
Upaya-upaya teurapetiknya bertujuan untuk membebaskan ”pathologis” yang
berpautan satu sama lain. James Framo, konselor keluarga generasi pertama,
meyakini bahwa konflik intrapsikis yang tidak terselesaikan dibawa dari
keluarganya, diteruskan dalam bentuk proyeksi kedalam hubungan-hubungan yang
terjadi pada saat ini, seperti hubungan suami istri atau anak. Dengan
menggunakan pendekatan hubungan objek, Framo berusaha menghilangkan
introjeksi-introjeksi. Dalam proses ini, dia berbicara dengan pasangan suami
istri itu sendirian, kemudian memasuki kelompok pasangan suami istri, dan
akhirnya mengadakan pertemuan-pertemuan secara terpisah dengan setiap pasangan
dan anggota keluarganya yang asli.
Ivan
Boszormenyi-Nagy dan kelompoknya memfokuskan pada pengaruh masa lalu terhadap
fungsi-fungsi sekarang dalam seluruh anggota keluarga. Dalam pandangan ini,
keluarga mempunyai loyalitas yang invisible (tidak tampak), kewajiban-kewajiban
yang berakar pada generasi lalu, dan perhitungan-perhitungan yang tidak
menentu. Hal-hal seperti itu perlu diseimbangkan atau ditata. Pendekatan
teraputik kontekstual dari Boszormenyi-Nagy berupaya untuk menata kembali
tanggung jawa, perilaku yang terpercaya, dan memperhitungkan hak-hak dari
seluruh kepeduliannya.
Pendekatan
ini menggunakan cara dan strategi psikoterapi individual dalam situasi Keluarga
dengan:
1. mendorong munculnya insight tentang diri
sendiri dan anggota keluarga.
2. untuk membantu keluarga dalam pertukaran
emosi
3. Kontak konselor hanya sementara dan
konselor akan menarik diri jika keluarga telah mampu mengatasi problemnya
secara konstruktif.
Proses
unconsciousness (bawah sadar) mempengaruhi hubungan kebersamaan antaranggota
keluarga dan mempengaruhi individu dalam membuat keputusan tentang siapa yang
dia nikahi. Objects ( orang-orang yang penting / signifikan dalam kehidupan)
diidentifikasi atau ditolak. Kekuatan unconsciousness benar-benar dianggap
sangat berpengaruh.
Peranan
Konselor : Seorang guru dan interpreter
pengalaman (analisis).
Unit
Treatment : individual , kadang-kadang dengan keluarga.Tujuan Treatment : untuk
memecahkan interaksi yang tidak berfungsi dalam keluarga yang didasarkan pada
proses unconsciousness (bawah sadar), untuk merubah disfungsional individu.
Teknik :
Transference, analisa mimpi, konfrontasi, focusing pada kekuatan-kekuatan,
riwayat hidup.
Aspek-aspek
yang unik : Konsentrasi pada potensi unconsciousness (bawah sadar) dalam
perilaku individu,mengukur defence mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang
dasar dalam hubungan keluarga, menyarankan treatment mendalam pada
disfungsionalitas (ketidakmampuan berfungsi).
b.
Pendekatan Eksperensial atau Humanistik
Para
konselor keluarga eksperensial atau humanistik menggunakan ”immediacy”
terapeutik dalam menghadapi anggota-anggota keluarga untuk membantu memudahkan
keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi-potensi individunya. Pada
dasarnya, pendekatan ini tidak menekankan pada teoritis dan latar belakang
sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan dan
interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman-pengalaman dalam
meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan
keluarga.
Whitaker
memperkenalkan ” konseling yang tidak masuk akal ” dirancang untuk mengejutkan,
membingungkan, dan akhirnya menggerakkan sistem keluarga yang terganggu.
Kempler, seorang praktisi dari konseling keluarga Gestalt membimbing
individu-individuuntuk mengatasi hal-hal yang akan memperdayakan dirinya di
luar kebiasaanya, serta mempertahankan dirinya. Dia mengkonfrontasikan dan
menantang seluruh anggota keluarga untuk mengeksplorasi sebagaimana kesadaran
diri mereka sendiri terhambat dan bagaimana menyalyrkan kesadaran mereka ke
dalam hubungan yang lebih produktif dan terpenuhi dengan anggota lainnya.
Konselor
keluarga terkenal yang berorientasi pada humanistik adalah Virginia Satir.
Dalam pendekatannya, dia memadukan kesenjangan komunikasi antara anggota
keluarga dan orientasi humanistik dalam upaya membangun harga diri dan
penilaian diri seluruh anggota keluarga. Dia meyakini, bahwa dalam diri manusia
terdapat sumber-sumber yang diperlukan manusia untuk berkembang. Dia memandang
tugasnya sebagai orang yang membantu manusia memperoleh jalan untuk memelihara
potensi-potensinya mengajarkan manusia menggunakan potensinya secara efektif.
Masalah-masalah
keluarga berakar dari perasaan-perasaan yang di tekan, kekakuan, penolakan /
pengabaian impuls-impuls, kekurangwaspadaan, dan kematian emosional. Peran
konselor menggunakan pribadinya sendiri. Mereka harus terbuka, spontan,
empatic, sensitive dan harus mendemonstrasikan perhatian dan penerimaan. Mereka
harus memperlakukan dengan terapi regresi dan mengajari anggota keluarga
keterampilan-keterampilan baru dalam mengkomunikasikan perasaan-perasaan secara
gamblang.
Unit
Treatment : Difocuskan pada individu dan ikatan-ikatan pasangan. Whitaker
mengkonsentrasikan perhatiannya dengan mempelajari tiga generasi keluarga.
Tujuan
Treatment : Untuk mengukur pertumbuhan, perubahan, kreativitas, fleksibilitas,
spontanitas dan playfulness, untuk membuat terbuka apa yang tertutup, untuk
mengembangkan ketertutupan emosional dan mengurangi kekakuan, untuk membuka
defence-defence, serta untuk meningkatkan self-esteem.
Teknik :
Memahat keluarga dan koreografi , keterampilan-keterampilan komunikasi terbuka,
humor, terapi, seni, keluarga, role-playing, rekonstruksi keluarga, tidak
memperhatikan teori-teori dan menekankan pada intuitive spontan, berbagi perasaan
dan membangun atmosfer emosional mendalam dan memberi sugesti-sugesti serta
arahan-arahan.
Aspek-aspek
unik : Mempromosikan kreativitas dan spontanitas dalam keluarga, mendorong
anggota-anggota keluarga untuk mengubah peran mengembangkan pengertian terhadap
diri sendiri dan pengertian pada yang lain, humanistik dan memperlakukan
seluruh anggota keluarga dengan status yang sama, mengembangkan kewaspadaan
perasaan di dalam dan diantara anggota keluarga, mendorong pertumbuhan.
c.
Pendekatan Bowen
Pendekatan
Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap
sebagai sesuatu yang menjebatani pendangan-pandangan yang berorientasi
psikodinamik dengan pandangan-pandangan yang lebih menekankan pada sistem.
Bowen mengkonseptualisasikan keluarga sebagai sistem hubungan emosional. Bowen
mengemukakan, ada delapan konsep yang saling berpautan dalam menjelaskan proses
emosional yang terjadi dalam keluarga ini dan keluarga yang diperluas. Landasan
dasar teori Bowen adalah konsep diferensial diri. Konsep ini berkembang di mana
anggota keluarga dapat memisahkan fungsi intelektualnya dengan emosionalnya.
Mereka menghindari fusi dan sewaktu-waktu emosi mendominasi keluarga. Dalam
keadaan tegang, hubungan dua anggota keluarga mempunyai kecenderungan untuk
mencari anggota yang ketiga (melakukan triangulasi) untuk menurunkan intensitas
ketegangan dan memperoleh kembali kestabilan. Sistem emosional keluarga inti,
biasanya dibentuk oleh pasangan-pasangan perkawinan yang mempunyai kemiripan
tingkat diferensiasi. Jika sistem tidak stabil, para pasangan mencari cara
untuk mengurangi ketegangan dan memelihara keseimbangan. Posisi saudara kandung
orang tua dalam keluarga asal mereka memberikan tanda terhadap anak yang
dipilihnya dalam proses projeksi keluarga.
Bowen
menggunakan konsep emosional cutoff untuk menjelaskan bagaimana sebagian
anggota keluarga berupaya memutuskan hubungan dengan keluarga mereka atas
anggapan yang keliru bahwa mereka dapat mengisolasi diri mereka dari fusi.
Posisi saudara kandung dari setiap pasangan perkawinan akan mempengaruhi
interaksi mereka. Dalam pengembangan teorinya terhadap masyarakat yang lebih
luas, Bowen percaya bahwa tekanan-tekanan eksternal yang kronis merendahkan
tingkat berfungsinya diferensiasi masyarakat, hal itu hsil pengaruh regresi
masyarakat.
Sebagai
bagian konseling keluarga sistem Bowen, wawancara evaluasi keluarga menekankan
objektivitas dan netralitas. Genogram-genogram itu membantu memberikan gambaran
tentang sistem hubungan keluarga kurang lebih tiga generasi. Secara terapeutik,
Bowen bwkwerja secara hati-hati dan tenang dengan pasangan-pasangan perkawinan,
berupaya mengatasi fusi diantara mereka. Tujuannya adalah mengurangi kecemasan
dan mengatasi simptom-simptom. Tujuan akhirnya adalah memaksimalkan diferensi
diri setiap orang di dalam sistem keluarga inti dan dari keluarga asalnya.
Peran
Konselor : Sebagai pelatih dan guru dan berkonsentrasi pada isu-isu keterikatan
dan diferensiasi.
Unit
Treatment : individu atau pasangan.
Tujuan
konseling : Untuk mencegah triangulasi dan membantu pasangan dan individu
berhubungan pada level cognitive, untuk menghentikan pengulangan pola-pola
intergenerasi dalam hubungan keluarga.
Teknik :
Genograms, kembali ke rumah, detriangulasi, hubungan orang perorang, perbedaan
self.
Aspek unik :
Mengukur hubungan-hubungan intergenerasi dan pola-pola yang diulang,
systematic, dalam teori yang mendalam.
d.
Pendekatan Struktural
Pendekatan
struktural dalam konseling keluarga terutama dikaitka dengan Salvador Minuchin
dan koleganya di pusat Bimbingan Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi
sistem. Teori konseling keluarga memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang
terorganisasi dari unit keluarga, dan cara-cara di mana keluarga mengatur
dirinya sendiri melalui pola-pola transaksional diantara mereka. Secara khusus,
sistem-sistem keluarga, batas-batas, blok-blok, dan koalisi-koalisi ditelaah
dalam upaya memahami struktur keluarga. Tidak berfungsinya struktur
menunjukkan, bahwa aturan-aturan yang tidak tampak yang membangun transaksi
keluarga tidak berjalan atau mebutuhkan negosiasi kembali aturan-aturan.
Konseling
keluarga struktural dilengkapi untuk transaksi sehari-hari dan memberikan
prioritas tinggi terhadap tindakan daripada wawasan atau pemahaman. Seluruh
perilaku termasuk simptom-simptom yang ditunjukkan pasien dipandang dalam
konteks struktur keluarga. Permulaan keluarga memberikan teknik pengamatan
sederhana terhadap peta pola-pola transaksi keluarga. Intervensi- intervensi
Minuchin tersebut adalah aktif, penuh perhitungan, berupaya untuk mengubah
kekakuan, kuno, atau tidak melaksanakan struktur. Dengan kerja sama keluarga
dan keamahan, dia memperoleh pemahaman tentang masalah-masalah keluarga,
membantu mereka mengubah susunan keluarga yang tidak berfungsi dan menata
kembali organisasi keluarga. Enactments (menyuruh keluarga menunjukkan
situasi-situasi konflik khusus dalam sesi konseling) dan reframing (menjelaskan
kembali suatu masalah sebagai suatu masalah sebagai suatu fungsi dari struktur
keluarga) adalah teknik-teknik terapeutik yang sering digunakan. Teknik-teknik
tersebut membawa perubahan struktur keluarga. Tujuan akhir konseling adalah
menyusun kembali aturan-aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih
tepat lagi batas-batas diantara sub-sub sistem dan memperkuat aturan hierarki
keluarga.
Suatu
patologi keluarga muncul akibat dari perkembangan rekasi yang disfungsional.
Fungsi-fungsi keluarga meliputi struktur keluarga, sub-systems dan
keterikatannya. Peraturan-peraturan tertutup dan terbuka dan hirarki-nya harus
dimengerti dan dirubah untuk membantu penyesuaian keluarga pada situasi yang
baru.
Peran
Konselor : memetakan aktivitas mental dan kerja keluarga dalam sesi konseling
Seperti sutradara teater, mereka memberi instruksi pada keduanya untuk
berinteraksi melalui ajakan-ajakan dan rangkaian aktivitas spontan.
Unit
treatment : Keluarga sebagai satu system atau sub-system, tanpa mengabaikan
kebutuhan individu.
Tujuan :
Mengungkap perilaku-perilaku problematik sehingga konselor dapat mengamati dan
membantu mengubahnya ; untuk membawa perubahan-perubahan struktural didalam
keluarga ; seperti pola-pola organisasional dan rangkaian perbuatan.
Teknik :
Kerjasama, akomodating, restrukturusasi, bekerja dengan interaksi (ajakan,
perilaku-perilaku spontan), pendalamam, ketidakseimbangan, reframing, mengasah
kemampuan dan membuat ikatan-ikatan.
Aspek-aspek
unik : Membangun keluarga-keluarga dengan sosioekonomis yang rendah, sangat
pragmatis, dipengaruhi oleh profesi psikiatri untuk menghargai konseling keluarga
sebagai suatu pendekatan treatment; dengan prinsip-prinsip dan teori-nya
Minuchin dkk, efektif untuk keluarga dari para pecandu, para penderita gangguan
makan dan bunuh diri, penelitian-penelitian yang baik, systematis, masalah
difokuskan untuk masa sekarang, umumnya dilaksanakan kurang dari 6 bulan,
konselor dan keluarga sama-sama aktif.
e.
Pendekatan Strategis atau Komunikasi
Teori-teori
komunikasi, muncul dari penelitian Lembaga Penelitian Mental (MRI) di Palo Alto
pada tahun 1950-an. Teori-teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar
terhadap konseling keluarga dengan menyusun kembali maslah-masalah manusia
sebagai masalah interaksi dan sifatnya situasional. Epistimoligi dari Beteson,
Jakson, dan yang lain merupakan dasar bagi upaya-upaya terapeutik dari MRI,
konseling keluarga strategis yang dikembangkan oleh Haley dan Madanes, dan
pendekatan sistematik dari Selvini-Pallazzoli dan tim Milan. Karakteristik
khusus pendekatan ini menggunakan doube binds terapeutik atau teknik-teknik
paradoksial ini menggunakan aturan-aturan keluarga dan pola-pola hubungan.
Pendekatan
konseling keluarga strategis ditandai oleh taktik-taktik yang terencana dan
hati-hati, serta langsung menangani masalah-masalah keluarga yang ada. Haley
sangat memengaruhi para praktisi dalam menggunakan perintah-perintah atau
penyelesaian tugas-tugas sebaik intervensi-intervensi paradoksional yang
sifatnya tidak langsung. Madanes, konselor keluarga strategis lainnya
menggunakan teknik-teknik ”pretend” (menganggap diri) dan intervensi-intervensinya
yang tidak konfrontattif diarahkan pada tercapainya perubahan tanpa mengundang
penolakan.
Konseling
keluarga sistematis yang dipraktikan group Milan, tekniknya didasarkan pada
epistimologi sirkuler dari Bathson. Teknik-tekniknya mengalami sejumlah
perubahan dalam beberapa tahun berikutnya dan melanjutkannya dengan menyajikan
teknik-teknik baru. Berdasarkan prosedur ”long brief therapy” yang setiap
pertemuannya mempunyai jarak kurang lebih satu bulan, keluarga itu ditangani
oleh tim yang bersama-sama merencanakan strategi. Satu atau dua orang konselor
bekerja secara langsung dengan keluarga, sementara konselor yang lainnya
mengamati dari belakang kaca yang satu arah. Keluarga itu dibei tugas-tugas
dalam setiap peremuannya, biasanya didasarkan pada perintah-perintah yang
sifatnya paradoks. Tujuan dari model Milan, yaiotu memberikan ”informasi”
supaya keluarga mengubah aturan-aturan, mengubah kesalah yang berulang-ulang
mengenai permainan-permainan yang menggagalkan diri. Pendekatan Milan beranggapan,
bahwa pesan-pesan paradoksial dari keluarga hanya dapat dihadapi oleh
counterparadox terapeutik. Kelompok Milan telah memperkenalkan sejumlah teknik
wawancara, seperti hypothesizing, pertanyaan sirkuler, netralitas, konotasi
positif, dan ritual-ritual keluarga.
Menurut Jay
Haley dan Cloe Madanes; keluarga bermasalah akibat dinamika dan Orang dan
keluarga dapat berubah dengan cepat. Treatment (perlakuan) dapat sederhana dan
pragmatis dan berkonsentrasi pada perubahan perilaku symptomatic dan peran-peran
yang kaku. Perubahan akan muncul melalui ajakan-ajakan , cobaan berat
(siksaan), paradox, pura-pura/dalih dan ritual-ritual (strategic and systemic
therapis), difokuskan pada pengecualian terhadap disfungsionalitas,
solusi-solusi hipotetik dan perubahan-perubahan kecil. (solution-focused
therapies).
Peran
Konselor : menanggapi munculnya daya tahan/perlawanan dalam keluarga dan
mendesign rangkaian cerita tentang strategi-strategi untuk memecahkan
masalah.Menerima munculnya perlawanan/daya tahan melalui penerimaan positif
terhadap problem-problem yang dibawa keluarga. Konselor lebih seperti seorang
dokter dalam tanggung-jawab terhadap keberhasilan treatment dan harus
merencanakan dan membangun strategi-strategi.
Unit
treatment : Keluarga sebagai suatu system, meskipun pendekatan-pendekatannya
secara selektif dipergunakan pada pasangan-pasangan dan individu-individu.
Tujuan
treatment : Untuk mengatasi problem-problem masa sekarang. Menemukan
solusi-solusi,membawa perubahan-perubahan, menemukan target tujuan perilaku,
untuk menimbulkan insigt, untuk mengabaikan hal-hal yang bukan masalah.
Tehnik :
Reframing (memasukkan dalam konotasi positif), direktif, kerelaan dan
pertentangan berdasarkan pada paradox (termasuk penentuan
symptom-symptom),pengembangan perubahan selanjutnya, mengabaikan interpretasi,
pura-pura, hirarki kooperatif, cobaan-cobaan (siksaaan), ritual, tim,
pertanyaan-pertanyaan berputar, solusi hipotetis (dengan menanyakan “pertanyaan
ajaib”).
Aspek-aspek
unik : Terdapat penekanan pada pemeriksaan pada pemeriksaan symptom dengan cara
yang positif. Treatment-nya singkat (biasanya 10 sesi atau beberapa). Fokus
pada pengubahan perilaku problematik masa sekarang. Tehniknya dirancang khusus
untuk setiap keluarga. Tretment yang inovatif dan penting. Pendekaannya
fleksibel, berkembang dan kreatif. Secara mudah dapat dikombinasikan dengan teori-teori
lain. struktur keluarga yang disfungsional. Perilaku yang bermasalah merupakan
usaha individu untuk mencapai kekauasaan dan rasa aman.
f.
Pendekatan Behavioral
Pendekatan
behavioral memberikan pengaruh yang signifikan terhadap empat bidang yang berbeda,
yaitu konseling pekawinan behavioral, pendidikan dan latihan keterampilan
orangtua behavioral, konseling keluarga fungsional, serta penanganan tidak
berfungsinya seksual.
Pendidikan
dan latihan keterampilan-keterampilan orangtua behavioral, sebagian besar
didasarkan pada teori belajar sosial, berupaya untuk melatih orang tua dengan
prinsip-prinsip behavioral dalam pengelolaan anak. Secara khusus, Patterson
memfokuskan terhadap hubungan dua orang (dyad), biasanya antara ibu dan anak,
serta menekankan bahwa perilaku anak itu kemungkinan dikembangkan dan
dipelihara melalui hubungan timbal balik mereka. Secara khusus, intervensinya
berupaya membentu keluarga mengembangkan sejumlah kontingensi penguatan baru
dengan maksud memulai belajar perilaku-perilau baru.
Konseling
keluarga fungsional berupaya menginyegrasikan teori sistem, behavioral, dan
kognitif dalam bekarja dengan keluarga. Konseling keluarga fungsional
berpandangan, bahwa semua perilaku sebagai fungsi antarpribadi mengenai hasil
khusus dari konsekuensi-konsekuensi perilaku. Konselor keluarga fungsional
tidak mencoba mengubah perilaku-perilaku yang berguna untuk memelihara
fungsi-fungsi.
Perilaku
dipertahankan atau dikurangi melalui konsekuensi-konsekuensi, perilaku
maladaptive dapat diubah (dihapus) atau dimodifikasi. Perilaku adaptive dapat
dipelajari, melalui kognisi, rational maupun irational. Perilaku dapat
dimodifikasi dan hasilnya akan membawa perubahan-perubahan.
Peran
Konselor :D irectiv, melakukan pengukuran dan intervensi dengan hati-hati,
konselor tampak seperti guru, ahli dan pemberi penguat, dan focus pada problem
masa sekarang.
Unit
Treatment : Training orang tua, hubungan perkawinan dan komunikasi pasangan dan
treatment pada disfungsi sexual, menekankan pada interaksi pasangan, kecuali
dalam terapi peran keluarga.
Tujuan
treatment : Untuk menimbulkan perubahan melalui modifikasi pada
antecedent-antecedent atau konsekuen-konsekuen dari perbuatan, memberikan
perhatian spesial untuk memodifikasi konsekuensi-konsekuensi, menekankan pada
pengurangan perilaku yang tidak diharapkan dan menerima perilaku positif, untuk
mengajarkan keterampilan sosial dan mencegah problem-problem melalui
mengingatkan kembali, untuk meningkatkan kompetensi individu dan
pasangan-pasangan serta memberikan pengertian tentang dinamika perilaku.
Teknik :
Operant conditioning, classical conditioning, social learing theory,
strategi-strategi kognitif – behavioral, tehnik systematic desensitization,
reinforcement positif, reinforcement sekejap/singkat, generalisasi, kehilangan,
extinction, modeling, timbal balik, hukuman, token-ekonomis, quid proquo
exchanges, perencanaan, metode-metode psikoedukasional.
Aspek-aspek
unik : Pendekatan-pendekatannya secara langsung melalui observasi, pengukuran,
dan penggunaan teori ilmiah. Menekankan pada treatment terhadap problem masa
sekarang. Memberikan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan
sosial khusus dan mengurangi keterampilan yang tak berguna. Hubungan dibangun
diatas kontrol positif dan lebih pada penerangan prosedur-prosedur pendidikan
dibanding hukuman.
F. Peran
Intervensi pada Konseling Keluarga
1.
Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan
strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi
emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan,
informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk
intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
2.
Pendidik/pemberi Informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
3.
Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap
dihubungi.
4.
Pemberi tantangan
5.
Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga
dalam menghadapi stress.
G. Proses
Konseling keluarga
1. Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan
di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga
dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem
keluarga.
2. Penilaian Problem/masalah yang mencakup
pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
3. Strategi-strategi khusus untuk pemberian
bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4. Follow up, dengan memberi kesempatan pada
keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat
perkembangan keluarga dan memberikan support.
H.
Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional
Penelitian
dalam konseling keluarga didahului oleh perkembangan teknik-teknik intervensi
terapeutik. Penelitian tentang hubungan pola-pola interaksi keluarga dan
gangguan psikologis, sebelumnya didasarkan pada pendekatan penelitian cross
sectional yang kemudian disusul dengan pendekatan penelitian longitudinal.
Akhir-akhir
ini berkembang penelitian tentang bproses dan hasil dari intervensi konseling
keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik pada keuntungan dan kerugian relatif
dari alternatif pendekatan-pendekatan untuk individu-individu dan
keluarga-keluarga yang kesulitannya berbeda.
Pada saat
sekarang ini, latihan-latihan klinis terjadi dalam tiga setting yang berbeda,
yaitu dalam program-program bantuan konseling keluarga, lembaga-lembaga latihan
sebelum menduduki konseling keluarga, dan dalam program-program universitas.
Sebagian
besar program-program latihan itu langsung berupaya untuk membantu traine
mengembangkan persepsi, konsep, dan keterampilan-keterampilan dalam kerja
dengan keluarga.
Alat bantu
latihan ini meliputi:
1. Kursus kerja didaktik
2. Menggunakan master videotape terapis dan
traine
3. Melakukan supervisi melalui bimbingan
aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan tersebut di belakang cermin yang
satu arah dan melakukan umpan balik korektif melaluitelepon, earphone,
memanggil traine dari pertemuan konseling untuk konsultasi.
4. Ko-konseling di mana traine mempunyai
kesempatan untuk bekerja di di samping mentor dalam keluarga.
Praktik
propesional dalam konseling perkawinan atau keluarga diatur oleh status hukum
dan pengaturan diri dengan kode etik, review sebaya, melanjutkan pendidikan,
dan konsultasi.
BAB IV ANALISIS MATERI
Didalam
keluarga tentunya banyak permasalahan yang akan dialami, baik itu antar pribadi
,ataupun antar kelompok di dalam keluarga. Bila dikaitkan dengan pendidikan
luar biasa, konseling keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu penyelesaian
masalah-masalah yang timbul. Bila diambil sebuah contoh, misalnya sebuah
keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Memiliki anak merupakan
harapan dan anugrah yang sangat dinanti sebuah keluarga, tetapi tidak sedikit
orang tua dan anggota keluarga lain yang menolak atau justru merasa mendapatkan
masalah dengan lahirnya anak berkebutuhan khusus.
Sikap
penolakan dari anggota keluarga, akan menimbulkan permasalahan baik pada anak
maupun pada keseimbangan kehidupan keluarga tersebut. Dari kasus ini, tentunya
konseling keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu permasalahan tersebut.
Begitupun peran konselor dan pendekatan serta proses konseling.
Dari uraian
materi yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa keluarga merupakan
tempat pertama dalam perkembangan seorang anak. Keluarga memiliki peranana yang
penting dalam membantu mengembangkan potensi anak. Jika di dalam kelurga
terdapat permaslahan-permasalahan yang terjadi maka hal tersebut akan
mempengaruhi kondisi di dalam keluarga tersebut.
Permasalahan-permaslahan
yang timbul di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh bagaimana perkembangan
keluarga tersebut baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini merupakan
salah satu faktor bagaimana dalam sebuah keluarga ketika memandang sebuah
persoalan. Begitupun dengan bagaimana keluarga memandang anak berkebutuhan
khsusus. Bagi keluarga yang memiliki status ekonomi yang tinggi serta memiliki
nilai-nilai yang luhur di dalam keluarga, mungkin penolakan terhadap hadirnya
seorang anak berkebutuhan khusus tidak akan terjadi, disini mereka malah
berusaha untuk meberikan yang terbaik bagi anak berkebutuhan khusus tersebut.
Dalam
konseling keluarga banyak pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam membantu
permasalahan yang terjadi di dalam keluarga.
Pendekatan
psikodinamik lebih menekankan bagaimana individu memahami diri dan memahami
emosi, sehingga anggota keluarga nantinya bisa menyelesaikan problem matika
sendiri tanpa bantuan lagi dari konselor. Pendekatan ini lebih menekankan pada
keluarga agar mampu untuk berusaha mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
oleh individu. Pendekatan bowen didasarkan dimana anggota keluarga dapat
memisahkan anatara fungsi intelektual dan emosionalnya, dimana pendekatan ini
menhindarkan triangulasi atau orang ketiga dalam proses penanganannya.
Pendekatan struktural lebih menekankan pada perubahan struktural di dalam
keluarga dan bagaimana keluarga dapat mengatur dirinya sendiri dengan pola transaksional
di antara anggota keluarga. Peran konselor dalam pendekatan ini harus mampu
memberikan instruksi-instruksi yang selayaknya dilakukan oleh anggota keluarga
sedang melakukan bimbingan. Pendekatan strategis atau komunikasi lebih
menekankan pada problematika masa sekarang yang bertujuan untuk mengubah segala
perilaku-perilaku yang salah. Sedangkan pada pendekatan behavioral, lebih
menekankan pada perilaku-perilaku dimana perilaku tersebut dipertahankan atau
bahkan dihilangkan.
Pada kasus
yang telah diungkap sebelumnya, bahwa penolakan orang tua terhadap hadirnya
anak berkebutuhan khusus serta sikap orangtua yang frustasi, stress hingga acuh
pada anak yang akhirnya membuat keseimbangan kehidupan keluarga tersebut
terganggu. Tentunya hal tersebut harus ditangani dengan segera. Jangan sampai
masalah di dalam keluarga dapat menghambat potensi serta aktivitas anggota
keluarga yang lain. Pendekatan-pendekatan bimbingan keluarga yang telah
dijelaskan diatas merupakan acuan bimbingan yang dapat membantu memecahkan
persoalan tersebut.
Pendekatan
behavioral yang menekankan pada perilaku yang dipertahankan atau dirubah atau
dimodifikasi dapat digunakan untuk orang tua bagaimana harus bersikap dan
berperilaku terhadap anak berkebutuhan khusus yang hadir dalam keluarganya.
Pendekatan eksperiensial atau humanistik dapat digunakan untuk mengembangkan
ketertutupan emosional dan mengurangi kekakuan didalam keluarga serta
pendekatan-pendekatan lainnya.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keluarga
merupakan bagian terkecil dari susunan masyarakat yang akan menjadi dasar dalam
mewujudkan suatu negara (Emil Salim 1983). Begitu besarnya tugas keluarga
didalam perkembangan seorang anak, sehingga lingkungan keluarga harus dibina
dan dijaga sedemikian rupa agar permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
keluarga tidak mengakibatkan terhambatnya segala aktivitas para anggota
keluarga lainnya.
Di dalam
keluarga yang terdiri dari beberapa anggota didalamnya tidak akan terlepas dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dari luar lingkungan keluarga
ataupun dalam lingkungan keluarga itu sendiri. Bimbingan konseling keluarga
merupakan salah satu upaya membantu keluarga dalam menangani
permasalahan-permasalahannya.
Setiap
keluarga memiliki perkembangan yang berbeda-beda baik faktor sosial, ekonomi,
budaya, dan agama yang membedakan permasalahan-permasalahan yang akan muncul.
Akan tetapi, permasalahan-permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
pendekatan-pendekatan yang ada dalam bimbingan konseling keluarga. Diantara
pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan psikodinamik, eksperimental /
humanistik, bowen, bihavioral, dan struktural.
Bila
dikaitkan dengan permasalahan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus
misalnya dengan kasus orangtua yang menolak kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus
dalam keluarganya dapat juga dibantu dengan bimbingan konseling keluarga dengan
pendekatan-pendekatan konseling yang ada. Sehingga, permasalahan-permasalahan
yang ada dapat terselesaikan dengan baik.
Para
pembelajar, perancang, pengembang, decision maker pendidikan perlu memahami
konsep utuh dari teori yang melandasi belajar dan pembelajaran. Para praktisi
dalam dunia pendidikan perlu memiliki kearifan dalam memilih teori mana yang
compatible dengan tujuan, karakteristik mata pelajaran, karakteristik
pebelajar, kondisi lingkungan serta sarana dan prasarana yang tersedia sehingga
dapat terciptanya system belajar mengajar yang efektif dalam dunia pendidikan,
dan mencapai tujuannya yaitu meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kata “Belajar”
memang sangat akrab di telinga kita para praktisi pendidikan dan juga
masyarakat umumnya, tapi perlu ditelaah kembali apa itu belajar yang
sebenarnya. Dari sekian definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa,
belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognigtif, afektif, dan psikomotor.
Selain
definisinya, para ahli juga banyak merumuskan teori-teori belajar yang
bermacam-macam seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan manusia. Teori-teori tersebut bertujuan agar para
pelaku atau praktisi dalam dunia pendidikan dapat mengusahakan apa yang
seharusnya dilakukan dalam wahana dunia pendidikan, sehingga tujuan dari
pendidikan dapat tercapai.
Seperti yang
dipaparkan di atas, belajar merupakan aktivitas yang melibatkan jiwa dan raga.
Tentunya hal ini dapat memperluas pemahaman kita tentang belajar, artinya tidak
hanya mendefinisikan belajar sebagai suatu kegiatan untuk mengumpulkan dan
menerima data. Aktivitas tentunya sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi,
dengan memaknai belajar secara luas maka kita dapat memilih aktivitas belajar
yang mana efektif dan cocok untuk diterapkan kepada peserta didik kita.
Sehingga dalam situasi apapun dan bagaimanapun belajar menjadi menarik di mata
para peserta didik. Tentunya hal ini bisa diterapkan dengan baik dengan mempelajari, menguasai dan
menerapkan ilmu psikologi pendidikan.
Kualitas
dari hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa factor, baik dari unsur dalam
(intern) atau dari unsur luar (ekstern). Selain itu yang juga sangat
berpengaruh adalah latar belakang pendidikan/pengalaman mengajar tenaga
pendidik/guru, mental guru dalam memandang tugas dan perannya dalam dunia
pendidikan.
B. SARAN
Semoga
dengan makalah yang penulis susun ini, dapat memberikan konstribusi yang
bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua praktisi dunia pendidikan. Namun
penulis juga tak luput dari kesalahan dan ketidak sempurnaan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para pembaca,
sehingga makalah ini dapat mendekati kesempurnaan. Yang benar hanya datang dari
Allah sebagai pencipta dan yang salah hanya datang dari penulis sebagai manusia
biasa. Atas kritik, saran dan konstribusi dari para pembaca kami mengucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Ahmadi,
Abu. (2004). Sosiologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta
www.google.com
// Penyimpangan Kondisi Anak. Diakses Januari 2010
www.google.com
// Fungsi Bimbingan Dan Konseling. Diakses Januari 2010
www.google.com
// Peranan Keluaraga dalam Mendidik anak Berkebutuhan Khusus
0 komentar:
Posting Komentar
Matur Nuwun alias Terima Kasih anda mau ngasih Komentar...
Silahkan Tulis Komentar ... Bebas tapi yang sopan ya... Monggo...... monggo........
KAMI AKAN MENGHAPUS KOMENTAR - KOMENTAR YANG TIDAK PANTAS.......!!!!!